Buncis, tanaman sayur yang satu ini sangat dikenal
di masyarakat terutama pada kaum ibu rumah tangga. Tapi kalupun begitu
tidak semua orang mengetahui bagaimana cara membudidayakan atau
bagaimana cara penanaman dari awal sampai tiba waktu panen.
Nah, disini saya akan sedikit berbagi mengenai Teknis Budidaya Buncis
yang tersusun atau secara sistematis. Berikut pemaparannya:
1. Syarat Tumbuh Kacang Buncis
a). Tanah
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik bila ditanam di dataran tinggi,
yaitu sekitar 1.000 - 1.500 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah
yang cocok adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang
baik. Tanah andosol hanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai
iklim sedang dengan curah hujan di atas 2500 mm/tahun.
Tanah andosol mempunyai ciri berwarna hitam, kandungan bahan organiknya
tinggi, bertekstur lempung sampai debu, remah, gembur, dan
permeabilitasnya sedang. Tanah regosol biasanya berwarna kelabu,
cokelat, dan kuning, bertekstur pasir sampai berbutir tunggal dan
permeabel. Derajat keasaman (pH) yang optimal untuk pertumbuhan tanaman
buncis adalah 5,5 - 6.
b). Iklim
1. Curah hujan
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan
1.500 - 2.500 mm per tahun. Tanaman ini paling baik ditanam pada akhir
musim kemarau (menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan (menjelang
musim kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu banyak
sehingga sangat cocok untuk fase pertumbuhan awal tanaman buncis, fase
pengisian, dan pemasakan polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan
terjadi serangan penyakit bercak bila curah hujan terlalu tinggi.
2. Suhu
Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20 - 25°C.
Pada suhu kurang dari 20 °C tanaman tidak dapat melakukan proses
fotosintesis dengan baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi
terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya,
pada suhu udara yang lebih tinggi dari 25 °C banyak polong yang hampa.
Hal ini terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar
daripada proses fotosintesis pada suhu tinggi.
C. Cahaya
Cahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis.
Umumnya tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau
sekitar 400 - 800 footcandles. Oleh karena itu, tanaman buncis termasuk
tanaman yang tidak membutuhkan naungan.
D.Kelembaban Udara
Kelembapan udara yang diperlukan tanaman buncis sekitar 50 - 60 %
(sedang). Kelembapan ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan
dari lebat dan rimbunnya tanaman. Kelembapan yang terlalu tinggi dapat
mempengaruhi terhadap tingginya serangan hama dan penyakit. Beberapa
jenis aphis (kutu) dapat berkembang biak dengan cepat pada kelembapan 70
- 80 %.
1.LANKAH-LANGKAH
1. Persiapan Benih
Benih yang digunakan untuk penanaman buncis harus benih yang baik, yaitu
berasal dari tanaman induk yang baik pula. Benih yang baik memenuhi
persyaratan tertentu, antara lain mempunyai daya tumbuh minimal 80 %,
bentuknya utuh, bernah, warna mengkilat, tidak bernoda cokelat terutama
pada mata bijinya, bebas dari hama dan penyakit, seragam, tidak
tercampur dengan varietas lain, dan bersih dari kotoran.
Benih yag baik mempunyai daya tumbuh yang tinggi, dapat disimpan lama,
tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tumbuh cepat dan seragam,
serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi
tinggi.
Agar benih dapat disimpan lama maka perlu disimpan pada suhu -18 - 0 C
dengan kelembapan relatif 50 - 60%. Kandungan air benih juga sangat
menentukan terhadap daya simpan benih. Kandungan air yang baik untuk
benih sekitar 14 %. Bila persyaratan di atas sudah terpenuhi maka daya
simpan benih dapat mencapai 3 tahun.
2. Pengolahan Lahan
Kegiatan pengolahan tanah dilakukan dengan cara membajak atau mencangkul
tanah sedalam 20 - 30 cm. Untuk tanah-tanah berat pencangkulan
dilakukan sebanyak dua kali dengan jangka waktu 2 - 3 minggu, sedangkan
untuk tanah-tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan satu kali saja.
Untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan perlu dibuat bedengan-bedengan
dengan ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. Jarak antar
bedengan 40 - 50 cm. Untuk areal yang tidak begitu luas, misalnya lahan
pekarangan, tidak perlu dibuat bedengan tetapi cukup berupa guludan
selebar 20 cm, panjang 5 m, tinggi 10 - 15 cm, dan jarak antar guludan
70 cm.
Untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan pemupukan dengan
pemberian pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 - 20 kg/10 m2.
Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah
agar lebih gembur, aerasinya baik, dan drainase optimal. Pupuk anorganik
sebagai pupuk dasar dapat diberikan berupa Urea, TSP, dan KCl
masing-masing sebanyak 200 kg, 600 kg, dan 120 kg untuk tiap hektar atau
masing-masing 2 gram, 6 gram, dan 1,2 gram untuk tiap tanaman. Cara
menempatkan pupuk kandang maupun pupuk anorganik adalah dengan
menaburkan di sepanjang larikan.
3. Penanaman
Buncis ditanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya
dilakukan pada bedengan atau guludan. Pada pola ini, jarak antar tanaman
lebih sempit dibandingkan antar barisan. Dengan pola ini akan lebih
memudahkan dalam proses pekerjaan selanjutnya, seperti pengairan,
pemupukan, pembumbunan, dan panen.
Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar
maupun tanah miring. Bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya
menggunakan jarak tanam yang lebih sempit, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari timbuhnya gulma yang tinggi.
Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena
berhubungan dengan tersedianya air, hara, dan cahaya matahari.
Setelah jarak tanam ditentukan, maka pekerjaan selanjutnya adalah
membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam yang dibuat
dapat lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, atau
tali. Tempat yang diberi tanda tersebut yang ditugal. Kedalaman tugal 4 -
6 cm untuk tanah-tanah yang remah dan gembur, dan kedalaman 2 - 4 cm
untuk jenis tanah liat. Hal ini disebabkan karena kandungan air pada
tanah liat lebih tinggi sehingga dikhawatirkan benih membusuk sebelum
berkecambah.
4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, pengairan, pengguludan,
pemasangan turus, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit.
a). Pemupukan
Pemupukan dimaksudkan untuk memberikan tambahan unsur hara bagi tanaman,
karena hara yang disediakan tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan
tanaman. Berkurangnya ketersediaan hara dalam tanah disebabkan adanya
proses erosi, pencucian, evaporasi (penguapan), atau diserap oleh
tanaman.
Pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk
organik berupa pupuk kandang atau kompos dicampur dengan tanah bedengan
sebanyak 15 - 20 kg/10 m2. Pupuk anorganik yang diberikan berupa Urea,
SP36, dan KCl masing-masing sebanyak 200 kg, 250 kg, dan 120 kg untuk
tiap hektar.
b). Pengairan
Pengairan perlu dilakukan apabila penanaman dilakukan pada musim
kemarau, terutama pada umur 1 - 15 hari setelah tanam. Bila penanaman
dilakukan pada musim hujan, maka yang perlu diperhatikan adalah masalah
pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit
yang telah dibuat diantara bedengan atau guludan.
c). Pengguludan
Peninggian guludan atau bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur
kurang lebih 20 dan 40 hari dan lebih baik dilakukan pada saat musim
hujan. Tujuannya adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya
tanaman, dan memelihara struktur tanah.
d). Pemasangan turus atau lanjaran
Pemasangan turus atau lanjaran dilakukan untuk budidaya buncis tipe
merambat. Turus atau lanjaran dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 2 m
dan lebar 4 cm dan ditancapkan di dekat tanaman. Setiap dua batang
turus yang berhadapan diikat menjadi satu pada bagian ujungnya, sehingga
akan tampak lebih kokoh. Pelaksanaan pemasangan turus dapat dilakukan
bersamaan dengan peninggian guludan yang pertama, yaitu pada saat
tanaman berumur 20 hari.
e). Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak ranting-ranting
sehingga diperoleh buah yang lebih banyak. Pemangkasan dilakukan pada
saat tanaman berumur 2 dan 5 minggu.
Selain untuk memperbanyak ranting, pemangkasan juga ditujukan untuk
mengurangi kelembapan sehingga dapat mengurangi perkembangan hama dan
penyakit.
5). Cara mengendalikan serangan hama
1). Kumbang Daun
Kumbang daun (Henosepilachna signatipennis) termasuk ke dalam famili
Curculionadae. Bentuk tubuhnya oval, berwarna merah atau cokelat
kekuning-kuningan, panjang antara 6 - 7 mm. Betina bertelur pada
permukaan daun bagian bawah sebanyak 20 - 50 butir. Telur berwarna
kuning, bentuknya oval, dan panjang 0,5 mm. Setelah 4 atau 5 hari
larvanya akan keluar dan dapat memakan daun-daun buncis. Pupa berbentuk
segi empat dan bergerombol pada daun, tangkai, atau batang.
Setelah stadia larva adalah stadia dewasa (kumbang) yang sangat rakus
memakan daun-daunan, dan hidupnya dapat mencapai lebih dari 3 bulan.
Tanaman inangnya bukan hanya jenis kacang-kacangan saja, tetapi juga
mentimun, padi, jagung, kubis, dan tanaman lain dari famili Solanaceae.
Gejala serangan hama ini berupa lubag-lubang pada daun yang
kadang-kadang tinggal kerangka atau tulang-tulang daunnya saja. Tanaman
menjadi kerdil dan polong yang dihasilkan kecil-kecil.
Pengendalian dapat dilakukan dengan membunuh telur, larva, maupun
kumbangnya menggunakan tangan. Pengendalian secara kimiawi dapat
dilakukan dengan penyemprotan insektisida Lannate L dan Lannate 25 WP,
dengan konsentrasi 1,5 - 3 cc / liter air.
2). Penggerek Polong
Gejala berupa kerusakan pada polong yang masih muda, bijinya banyak yang
keropos. Penyebab kerusakan adalah ulat Etiella zinckenella yang
termasuk ke dalam famili Pyralidae. Selain menyerang buncis, ulat ini
juga merusak tanaman kedelai, kacang panjang, orok-orok, dan lain-lain.
Ngengat berukuran kecil kurang lebih 12 mm, sayap mukanya panjang dan
berbentuk segitiga, sedangkan sayap belakangnya lebar dan berbentuk
bulat. Warna sayap putih seperti perak pada bagian tepinya.
Telur-telurnya sering ditempatkan pada bagian bawah kelopak buah.
Warna ulat hijau pucat kemudian berubah menjadi kemerah-merahan. Bentuk
tubuhnya silindris dengan ukuran panjang 15 mm dan kepalanya berwarna
hitam. Waktu yang diperlukan dari telur sampai berbentuk ngengat kurang
lebih 40 hari.
Pengendalian dapat dilakukan dengan penanaman secara serentak, karena
hama ini ada sepanjang tahun. Penyemprotan secara kimia dapat dilakukan
menggunakan insektisida Atabron 50 EC dengan konsentrasi 12 - 15
cc/liter air.
3). Lalat Kacang
Gejala serangan berupa adanya lubang-lubang pada daun dengan arah
tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun. Gejala
lebih lanjut berupa batang yang membengkok dan pecah, kemudian tanaman
menjadi layu, berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih
muda.
Serangan disebabkan oleh lalat Agromyza phaseoli yang termasuk ke dalam
famili agromyzidae. Selain buncis, hama ini juga menyerang kacang
panjang, kedelai, kecang hijau, dan kacang gude. Lalt betina mempunyai
panjang tubuh sekitar 2,2 mm, sedangkan yang jantan hanya 1,9 mm. Satu
ekor lalat betina dapat memproduksi telur sampai 95 butir. Telur
dilatakkan pada keping-keping biji yang baru berkecambah, dekat dengan
munculnya daun pertama.
Warna lalat hitam mengkilap, sedangkan antena dan tulang sayapnya
berwarna cokelat muda.
Pengendalian dilakukan sedini mungkin, yaitu pada saat pengolahan lahan.
Setelah biji-biji buncis ditanam sebaiknya lahan langsung diberi
penutup dari jerami atau daun pisang, dan penanaman dilakukan secara
serentak. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan pada saat buncis baru
mulai tumbuh dengan menggunakan insektisida Basminon 60 EC dan Azodrin
60 EC. Penyemprotan dilakukan sebanyak 2-3 kali sampai umur tanaman 20
hari, tergantung berat ringannya serangan.
4). Kutu daun
Gejala serangan akan lebih jelas terlihat pada tanaman yang masih muda.
Bila serangannya hebat, maka pertumbuhannya menjadi kerdil dan batangnya
memutar. Daun menjadi keriting dan kadang berwarna kuning.
Penyebab serangan adalah Aphis gossypii yang termasuk ke dalam famili
Aphididae. Sifatnya polifag dan kosmopolitan, yaitu dapat memakan segala
macam tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya
bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung,
bunga sepatu, dan jeruk.
Kutu berwarna hijau tua sampai hitam atau kuning cokelat. Kutu betina
menjadi dewasa setelah 4 - 20 hari, setelah itu dapat menghasilkan kutu
muda sebanyak 20 - 140 ekor. Karena hama ini dapat menghasilkan embun
madu, maka sering dikerumuni semut. Kutu merusak bagian tanaman dengan
cara menghisap cairan tanaman.
Pengendalian dilakukan dengan memasukkan musuh alaminya, seperti
lembing, lalat, dan jenis dari Coccinellidae. Pengendalian secara kimia
dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida Rampage100 EC dengan
konsentrasi 1 - 2 ml/liter air.
6.Penyakit Pada Tanaman Buncis
1). Penyakit Antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum lindemuthianum yang
termasuk ke dalam famili Melanconiaceae. Bila cendawan ini telah masuk
ke dalam biji maka dapat bertahan sampai biji tersebut berkecambah dan
langsung aktif membentuk spora hingga akhirnya menginfeksi tanaman
buncis dan tanaman lainnya. Penularannya dapat melalui percikan air
hujan maupun serangga. Suhu lingkungan yang sangat mendukung pertumbuhan
cendawan adalah 22 - 34 C. Bila suhu terlalu rendah maka cendawan akan
dorman (memasuki fase istirahat) dan tahan di dalam tanah sampai
beberapa tahun.
Gejala penyakit antraknosa berupa bercak-bercak kecil dengan bagian tepi
berwarna cokelat dan batasnya kemerah-merahan, kemudian dapat melebar
dengan garis tengah 1 cm. Bentuknya tidak beraturan dan antara satu
dengan lainnya saling bersinggungan. Bila udara terlalu lembap akan
ditemukan massa spora yang berwarna kemerah-merahan. Setelah itu bercak
akan seperti luka bernanah. Bila menyerang biji maka setelah berkecambah
akan terdapat bercak pada keeping atau hipokotilnya. Tanaman tua yang
terserang akan berbecak hitam atau cokelat tua di seluruh batangnya
dengan panjang 7 - 10 cm.
Bila menyerang tangkai atau tulang daun maka daun akan kelihatan layu.
Demikian pula bila menyerang bunga, akan rontok sehingga tidak terbentuk
polong.
Untuk menghindari penyakit ini maka perlu dipilih benih yang benar-benar
bebas dari penyakit. Selain itu dapat pula dilakukan perendaman benih
dalam fungisida Agrosid 50 SD sebelum ditanam.Penyemprotan dengan
fungisida pun dapat dilakukan, yaitu menggunakan CabrioTop 60 WG dengan
konsentrasi 1-2 g/liter air.
2). Penyakit Embun Tepung
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni yang termasuk ke
dalam famili Erysiphaceae. Spora dapat berkecambah membentuk hifa baru
pada suhu 19 - 25 C dan kelembapan 70 - 80%. Penyebaran penyakit ini
dapat terjadi melalui bantuan angin atau percikan air hujan. Penyakit
ini hanya menyerang pada waktu udara panas.
Gejala penyakit ditandai dengan adanya warna putih keabuan (kelihatan
seperti kain beludru) paba bagian daun, batang, bunga, dan buah.
Apabila serangan pada bunga relatif ringan maka polong masih bisa
terbentuk. Namun apabila serangannya berat dapat menggagalkan proses
pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya mati. Bila polong yang
diserang maka polong tidak gugur, namun akan meninggalkan bekas luka
berwarna cokelat suram sehingga menurunkan kualitas. Pengendalian dapat
dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang terserang kemudian
membakarnya. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan
penyemprotan fungisida Acrobat 50 WP konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.
3). Penyakit Layu
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum yang
termasuk ke dalam famili Pseudomonadaceae. Selain menyerang buncis,
penyakit ini juga menyerang tembakau, tomat, cabe, terung, kacang tanah,
pisang, dan wijen. Bakteri ini hidup dalam tanah dan dapat bertahan
beberapa bulan sampai beberapa tahun. Keadaan lingkungan yang mendukung
pertumbuhan bakteri adalah pada suhu 21 - 35 C dengan kandungan air
tanah yang tinggi. Penyebaran penyakit dapat melalui aliran air, tanaman
yang dipindahkan, atau peralatan yang digunakan sewaktu pengolahan
tanah.
Gejala serangan ditandai dengan layunya tanaman, menguning, dan kerdil.
Bila batang tanaman yang terserang dipotong melintang maka akan terlihat
warna cokelat dan bila dipijit akan keluar cairan berwarna putih.
Kadang-kadang warna cokelat ini bisa sampai ke daun dan akar yang sakit
pun akan berwarna cokelat.
Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan air yang terbebas dari
penyakit pada saat menyiram tanaman. Tanah persemaian sebaiknya
disterilisasi dengan air panas 100 C atau dilakukan fumigasi dengan
methyl bromide. Penyemprtotan fungisda dapat dilakukan dengan Agrept 20
WP dengan konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.
4). Penyakit Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora canescens yang termasuk
ke dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat tersebar memalui air hujan,
angin, serangga, alat-alat pertanian, dan manusia. Spora yang terdapat
pada daun-daun tua yang gugur akan tetap hidup di dalam tanah, sehingga
pada penanaman selanjutnya akan terdapat serangan yang sama. Spora yang
terdapat dalam biji akan bertahan 2-3 tahun.
Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak-bercak kecil berwarna
cokelat kekuning-kuningan. Lama kelamaan bercak akan melebar dan pada
bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning.
Akibat lebih lanjut, daun menjadi layu dan akhirnya gugur. Bila
menyerang polong maka akan terlihat bercak berwarna kelabu dan biji yang
terbentuk kurang padat dan ringan.
Pengendalian dapat dilakukan dengan merendam benih dalam air panas
dengan suhu 48 C selama 30 menit lalu dibilas dengan air dingin dan
keringkan. Bila telah timbul gejala maka bagian yang terserang segera
dipotong dan dibakar. Pengendalia secara kimia dilakukan dengan
penyemprotan fungisida CabrioTop 60 WG,Polycom 80 WG
5). Penyakit Hawar Daun
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris yang
termasuk ke dalam famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini dapat berkembang
pada suhu lebih dari 20 C dan suhu optimum 30 C. Hidupnya dapat
bertahan beberapa tahun didalam biji, tanah, dan sisa-sisa tanaman yang
sakit. Proses masuknya bakteri melalui luka bekas gigitan serangga,
saluran hidatoda pada tepi daun, stomata, dan akar tanaman.
Gejala ditandai dengan adanya bercak kuning pada bagian tepi daun dan
kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering,
dan berwarna cokelat kekuning-kuningan.
Bila seranganya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya
rontok. Gejala kemudian dapat meluas ke batang, dan lama kelamaan
tanaman akan mati.
Pengendalian dapat dilakukan dengan merendam benih dalam Sublimat dengan
dosis 1 g/liter air selama 30 menit. Selain iktu, kebersihan lahan
harus diperhatikan dengan melakukan penyiangan secara berkala. Tanaman
yang sakit segara dicabut dan dibakar.
7). Panen
Pemanenan dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 60 hari dan polong menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
- Warna polong masih agak muda dan suram.
- Permukaan kulitnya agak kasar.
- Biji dalam polong belum menonjol.
- Polongnya belum berserat serta bila dipatahkan akan menimbulkan bunyi meletup.
Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap setiap 2 atau 3
hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang seragam
dalam tingkat kemasakannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman
berumur 80 hari atau kira-kira setelah dilakukan 7 kali panen.